BONTANG — PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) terus bergerak menuju industri yang lebih hijau. Melalui anak perusahaannya, PT Kaltim Industrial Estate (KIE), PKT bersinergi dengan PT Kaltim Methanol Industri (KMI) untuk membangun ekosistem industri rendah karbon di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Kerja sama ini diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan karbon dioksida (CO₂) hasil produksi PKT, yang disuplai ke KMI sebagai bahan baku tambahan pembuatan metanol.
“Ini langkah strategis menuju dekarbonisasi industri pupuk dan petrokimia,” ujar Direktur Operasi PKT, F. Purwanto, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/6/2025).
Selama ini, CO₂ dari produksi amonia dan urea hanya dianggap limbah emisi. Tapi lewat kerja sama ini, gas buangan itu diubah menjadi bahan baku bernilai tinggi.
“Dulu dilepas ke atmosfer, sekarang CO₂ jadi bahan dasar metanol. Ini bukti industri bisa jadi bagian dari solusi iklim,” tegas Purwanto.
PKT bertindak sebagai penyedia CO₂. KIE menyediakan infrastruktur dan jalur distribusi. Sementara KMI menjadi pengguna utama CO₂ untuk mendorong efisiensi dan kapasitas produksi metanol.
Langkah ini bukan hanya efisiensi bisnis. Tapi juga bagian dari kontribusi nyata terhadap komitmen Indonesia dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dan Perjanjian Paris soal pengurangan emisi karbon.
“Transformasi ini jadi bukti bahwa kawasan industri bisa ambil peran dalam transisi energi bersih,” ujar Direktur Utama KIE, Muhammad Erriza.
Direktur Utama KMI, Futhosi Urai, menyebut suplai CO₂ dari PKT akan meningkatkan efisiensi produksi metanol, sekaligus memperkuat daya saing KMI di pasar global.
“Ini bagian dari strategi jangka panjang kami untuk membangun industri metanol yang efisien dan berkelanjutan,” katanya.
Melalui kolaborasi ini, PKT, KIE, dan KMI menjadikan kawasan industri Bontang sebagai model nasional industri rendah karbon.
CO₂ yang semula dilepas ke udara, kini dimurnikan, diproses, dan dikonversi jadi bahan bakar sintetis. Ini bukan hanya efisiensi, tapi juga langkah nyata dalam mengurangi dampak gas rumah kaca.
“Kami ingin menjadikan Bontang sebagai pionir ekosistem industri rendah karbon di Indonesia,” pungkas Purwanto. [RIL]
Tidak ada komentar