SAMARINDA – Ancaman banjir tahunan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) kini menjadi perhatian serius Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kalimantan Timur (Kaltim).
Lewat riset berbasis data geospasial, Brida Kaltim mengusulkan solusi konkret untuk memperkuat sistem mitigasi bencana di wilayah hulu tersebut.
Kepala Brida Kaltim, Fitriansyah, mengatakan bahwa riset ini menitikberatkan pada pendekatan ilmiah jangka panjang, bukan hanya penanganan saat bencana terjadi.
“Banjir di Mahulu terjadi hampir setiap tahun. Karena itu, kami melakukan riset bertajuk Sistem Informasi Geospasial Banjir di Kabupaten Mahakam Ulu,” jelas Fitriansyah di Samarinda, Selasa (1/7/2025).
Empat Pos Hujan Jadi Rekomendasi Utama
Salah satu poin penting dari hasil riset ini adalah usulan pembangunan empat pos hujan di lokasi strategis. Lokasinya mencakup Kecamatan Long Apari, Long Pahangai, Long Bagun, dan Sungai Boh.
Menurut Fitriansyah, keberadaan pos hujan sangat penting untuk memantau curah hujan dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
“Banjir di Mahulu dipicu oleh hujan. Jadi, pos hujan akan membantu masyarakat di hilir sungai untuk bersiap sebelum air meluap,” ujarnya.
Fitriansyah menekankan bahwa paradigma penanganan bencana harus berubah. Tak lagi hanya fokus pada respons darurat, tapi juga pada upaya pengurangan risiko sebelum bencana terjadi.
“Kita harus pahami pola banjirnya dulu. Dengan begitu, risikonya bisa ditekan sejak awal,” tegasnya.
Riset ini juga menyoroti pentingnya kesadaran publik terhadap data tinggi muka air dan pengelolaan wilayah tangkapan hujan secara kolaboratif.
Dalam riset tersebut, Brida turut mencatat kronologi banjir besar yang melanda Mahulu pada Mei 2024. Banjir mulai terjadi di Long Apari dan Long Pahangai pada 13–14 Mei, lalu bergerak ke hilir.
Pada 15 Mei, air setinggi tiga meter merendam wilayah Long Bagun, Laham, dan Long Hubung.
Total 37 dari 50 kampung terdampak banjir. Rinciannya: 6 kampung terdampak di Long Apari; 10 kampung di Long Pahangai; 13 kampung di Long Bagun; dan 8 kampung di Long Hubung.
Brida Kaltim berharap hasil riset ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan penanggulangan banjir di Mahulu secara terukur dan berkelanjutan. [SON]
Tidak ada komentar